Kamis, 25 April 2013

Banyak Penamaan "Kali" ditiap Tempat Salatiga, Mengapa?

Sala3Nostalgia-Bagi warga Salatiga, pasti mengenal nama-nama lokasi yang dihubungkan dengan kata kali atau sungai seperti, Kalitaman, Kalicacing, Kalioso, Kaligetek, Kalibening, dan Kalimangka. Mengapa banyak nama daerah di Salatiga dihubungkan dengan aliran sungai?

Penamaan nama-nama sungai ini bukan tanpa alasan. Nama-nama sungai ini diambil oleh tokoh-tokoh masyarakat untuk mengingat Salatiga sebagai kota yang banyak terdapat mata air. Salatiga sendiri memiliki empat mata air besar, yakni mata air yakni Kalitaman, Kalisombo, Benoyo, dan yang terbesar mata air Senjoyo.

Selain mata air tersebut, terdapat sejumlah mata air kecil. Konon dahulu jumlahnya lebih dari 100 titik. Karena sumber air yang menyebar bak jamur, oleh masyarakat Jawa Tengah, Salatiga disebut sebagai kota  "Menara Air".

Tidak Semua Asli Salatiga

Namun tidak semua nama-nama kali itu berasal asli dari penamaan di Salatiga. Misalnya, Kalicacing, adalah daerah yang terletak Kecamatan Sidomukti. Nama  ini cukup unik, karena mengunakan nama Kali dan hewan bernama cacing. Bagaimana sebenarnya asal mula nama kali cacing?

Ternyata masyarakat punya alasan tersendiri memberi nama unik ini. Warga mengacu pada legenda masyarakat Boyolali yakni, Joko Genthong, seorang pemuda tampan dan perkasa  yang dikutuk menjadi cacing oleh wanita yang ingin menjadi istrinya. 
 
Sedangkan Kalioso sendiri sebenarnya berasal dari nama Kaliyosojogopaten, yakni nama desa yang berjarak sekitar 15 Km dari kota Solo, Jawa Tengah. Belum jelas alasan warga Salatiga meniru nama ini menjadi sebuah lokasi.

Namun yang pasti, warga percaya bahwa Kalioso adalah nama pemberian dari Raja Keraton Surakarta, Paku Buwana IV kepada Kyai Abdul Djalal 1 untuk sungai yang menjadi tempat bertapa Abdul Djalal. Paku Buwana memberikan nama Kalioso atas jasa Abdul Djalal menemukan permaisurinya yang hilang.

Senin, 22 April 2013

Ah, Siapa Bilang Salatiga itu Kota Kecil


Sala3Nostalgia-Anggapan bahwa Salatiga termasuk kota kecil di Tanah Air oleh sebagian orang ternyata tidak terbukti. Berdasarkan data yang dihimpun oleh @Sala3nostalgia, ada 10 kota terkecil berdasarkan luas wilayah di Tanah Air. Dari 10 kota terkecil tersebut, Salatiga tidak termasuk kelompok tersebut.

Kota terkecil pertama di Tanah air adalah Sibolga, yakni kota yang terletak di provinsi Sumatra Utara. Kota ini hanya memiliki luas sebesar 34,36 km2. Urutan kedua adalah kota Mojokerto, yang memiliki luas sebesar 16,465 km2. Urutan ketiga adalah kota Magelang, kota ini hanya sebesar 18,12 km2.

Pada urutan ke empat, kota terkecil di Tanah Air adalah Kota Padang Panjang. Kota ini terletak di Sumatra Barat dengan luas sebesar 23 km² dan populasi sebanyak 50.279 jiwa Kota urutan kelima adalah Bukit Tinggi, yang punya luas sebesar 25,24 km², urutan keenam ada kota Yogyakarta yang mempunyai luas  32,5 km2,

Pada urutan ketujuh ada kota Blitar yang mempunyai luas sebesar 32,58 km2, urutan kedelapan ada kota Madiun dengan luas sebesar 36,58 km2, urutan kesembilan ada kota Pasuruan demgam luas sebesar 36,58 km2, dan terakhir ada kota Cirebon. yang hanya seluas 37,36 km2.

Coba bandingkan dengan Kota Salatiga yang mempunyai luas sebesar 56,781 km2. Walaupun terlihat kecil, ternyata luas kota Salatiga lebih besar dibandingkan 10 kota lain di Tanah Air diatas bukan?

Minggu, 21 April 2013

Ini Bukti Kalau Warga Salatiga itu Kompak

Sala3Nostalgia-Warga kota berpenduduk lebih dari 175.000 jiwa ini, terbukti sangat kompak. Antar warga satu dengan yang lain terjalin tali silahturami yang baik. Berikut fakta-fakta yang menjadi bukti warga Salatiga menjunjung tinggi semangat kekeluargaan.

Pertama, kompak berduka saat satu warga kena musibah. Masih ingat kejadian pembunuhan pemilik salon dan guru sekolah menengah pada awal tahun ini? Kejadian ini sempat menggegerkan warga. Warga langsung merespon dengan memberi ucapan turut berduka cita, prihatin, maupun kata-kata hujatan bagi pelaku pembunuhan.

Reaksi warga juga gencar didunia maya. Contohnya, timeline @Sala3nostalgia selama satu minggu lebih digempur mention oleh follower dengan berbagai rasa. Sebagian berpendapat bahwa Salatiga bukan kota yang aman lagi untuk ditinggali.

Fenomena ini mungkin tidak akan terjadi jika kita tinggal di kota-kota besar. Mungkin, kejadian sadis menghilangkan nyawa orang itu cuma berita remeh temeh. Reaksi warga lain biasanya cenderung cuek dan mengangap berita ini sekedar angin lalu.

Kedua, kompak hapal nama pemilik warung makan. Semua warga salatiga pasti kenal nama-nama berikut: Pak Joko, Bu Rini, Bu Kris, Bu Endang, Warga Salatiga kerap menyebut nama-nama mereka seperti bagian dari keluarga sendiri.

Nama mereka kerap muncul dalam obrolan sehari hari warga Salatiga. Misalnya, "yuk ketempat Pak Joko,", "wah enakan tempat bu Rini deh,""Ayo kita wisata sekalian mampir tempat mbak Mul," "Malem-malem gini enakan ke tempat Mak Pari yuk,", atau "Enakan ketempat Pak Minto saja deh,".

Padahal, mereka bukanlah nama tokoh masyarakat atau artis kondang. Mereka adalah pemilik kedai warung makan, atau restoran yang tersebar di Salatiga. Pak Joko misalnya, dia adalah pemilik warung nasi goreng yang beralamat di Jalan Patimura depan SMPN 4 Salatiga. Sedangkan Bu Rini adalah nama sekaligus merek warung makan Iga Bakar di jalan Kartini.

Keruan ya, nama-nama mereka akan muncul dalam obrolan warga Salatiga, apalagi saat menjelang waktu makan. Masih banyak lagi pemilik warung makan yang memiliki nama seperti keluarga sendiri, seperti, Pak Man,Pak Poer,Bu Agung, Mbak Mul, Mbak Toen dan lain-lain.

Ketiga , kompak menyatakan "kangen Salatiga" saat pergi atau merantau ke daerah lain. Ini terbukti dari hampir tiap hari kami menerima banyaknya mention dari follower @sala3nostalgia yang berisi pernyataan rindu kepada kota tercinta ini.

"Rindu Salatiga, rindu kota dan segala isinya," ujar salah satu akun di dunia twitter.